Untuk mewujudkan kedaulatan digital, khususnya di industri smartphone, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) mengumumkan smartphone 4G lokal dari dan untuk rakyat Indonesia.
Smartphone tersebut merupakan buah kerja sama antara akademisi, industri, pelaku pasar, dan pemerintah. Dalam hal ini, Kemenristekdikti memberi pendanaan kepada tim peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk mewujudkan smartphone 4G bernama “Digicoop.”
Nama smartphone “Digicoop” sendiri diambil karena ponsel itu diperuntukan bagi anggota Koperasi Digital Indonesia Mandiri (KDIM alias Digital Coop). Koperasi tersebut bertujuan menegakkan kedaulatan digital bangsa
Produk ponsel pintar alias smartphone yang merupakan hasil pengembangan riset di Institut Teknologi Bandung (ITB) mulai diproduksi. Targetnya, jelang akhir bulan ini sebanyak 5.000 unit sudah siap dipasarkan.
Jika dibandingkan dengan smartphone pada umumnya, smartphone buatan anak bangsa itu memiliki beberapa keunggulan. Di antaranya, yang paling membedakan ialah keberadaan platform split screen yang menempatkan iklan pada bagian atas layar utama.
“Inovasi ini bahkan belum ada di smartphone manapun, jadi kita yang pertama. Kalau orang biasanya terganggu dengan iklan-iklan yang muncul saat buka youtube atau website tertentu, dengan platform ini ngga terganggu lagi,” ujar Ketua Umum Koperasi Digital Indonesia Mandiri Henri Kasyfi saat Peresmian Produksi Perdana Smartphone Digicoop di Bekasi, Jawa Barat.
Tidak hanya itu, smartphone Digicoop juga dirancang khusus untuk menjadi platform ekonomi digital berbasis kerakyatan. Artinya, semua pendapatan digital termasuk iklan akan dikembalikan ke pengguna dalam beragam manfaat seperti membeli pulsa gratis dan lainnya.
Oleh karena itu, meski dari segi komponen tidak banyak berkontribusi terhadap penilaian tingkat komponen dalam negeri (TKDN), proses serta teknologi yang digunakan telah berhasil mendapatkan sertifikat TKDN 20,2% di akhir 2016.
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) M Nasir mengungkapkan bahwa sebenarnya pemerintah telah menetapkan seluruh vendor smartphone 4G LTE harus memenuhi kewajiban 30% TKDN mulai 4 Januari 2017.
“Smartphone Digicoop ini boleh dipasarkan karena izinnya sudah tahun 2016. Jadi aturan yang baru itu baru berlaku untuk pengembangan tipe yang baru lagi,” terangnya.
Guna mengantisipasi persaingan pasar yang ketat antar vendor smartphone, produk yang juga dilengkapi fitur short message service (SMS), browsing, VOIP Call, dan streaming youtube itu perlu strategi jitu untuk hilirisasi.
Kepala Pusat Mikroelektonika ITB Adi Indrayanto menilai tepat sistem kerakyatan yang menargetkan anggota koperasi, civitas akademika perguruan tinggi, serta sejumlah anggota forum keagaamaan sebagai pengguna smartphone Digicoop.
“Selain lebih tersegmentasi, ke depan pelan-pelan baru akan kita perluas pasarnya. Bagaimanapun kita harus realistis, ngga bisa kita ngalahin Samsung, Iphone, atau merek lain yang sudah mainstream,” tukasnya.
Pendapat senada diungkapkan Rektor ITB Kadarsyah Suryadi. Para peneliti akan terus mendukung Smartphone Digicoop melalui inovasi-inovasi yang spektakuler dan berkelanjutan agar dapat terus bersaing dan berkembang.
Dibutuhkan kreativitas dalam pengembangan fitur-fitur yang sesuai karakteristik dan budaya masyarakat Indonesia agar lebih dicintai. Tak kalah penting, persaingan harga sepatutnya bisa dimenangkan oleh produk dalam negeri.
“Untuk bisa dapat smartphone canggih itu ngga perlu beli, cukup nabung di koperasi. Kalau sudah melakukan simpanan pokok dan wajib selama setahun senilai total Rp1,3 juta langsung dikasih smartphone-nya,” pungkas Kadarsyah.
“Smartphone ini juga dirancang untuk menjadi platform ekonomi digital berbasis kerakyatan, yang mana semua pendapatan digital yang terjadi akan dikembalikan ke anggota koperasi. Seperti penggunaan smartphone secara gratis dan bentuk finansial macam pembelian pulsa lewat pembagian keuntungan koperasi (SHU) di setiap akhir tahun. Dengan demikian pantaslah bila smartphone ini disebut sebagai Smartphone Rakyat,” ujar Henri Kasyfi .
Dia berharap produksi perdana Smartphone Rakyat dapat menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia. Serta mampu bersaing dengan produk asing sehingga Indonesia tidak hanya menjadi pasar smartphone dari luar negeri. Namun, juga menjadi pelaku yang mampu memproduksi smartphone sendiri.
Sumber: layangkumitir.blog.mediaindonesia.com (11/01/17), merdeka.com (12/01/17), tekno.kompas.com (13/01/17)
