Kabar gembira datang dari dunia sineas kita. Film The Land Beneath The Fog atau Negeri di Bawah Kabut (NDBK) karya sutradara Shalahuddin Siregar berhasil menjadi yang terbaik dalam Kategori Debuts Almaty International Film Festival, 31 Mei–4 Juni 2013 di Kazahstan.
Di kategori ini, NDBK bersaing dengan film dari 5 negara lain yang menjadi finalis, yakni Kamihate Store (Jepang), Horizon (Mongolia), Who is Guilty (Kazakhstan), Why to Go to Zardaly Without Need (Kyrgyzstan) dan The Effect of Altshuler (Russia).
Kemenangan ini merupakan kali keenam NDBK di festival. Sebelumnya, ia sempat meraih Special Jury Price Dubai International Film Festival 2011, tiga penghargaan sekaligus di Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2012 dan satu penghargaan film dokumenter terbaik di Piala Maya 2012.
Almaty International Film Festival tahun ini juga merupakan selebrasi untuk mengenang Shaken Aimanov, pelaku sinema kenamaan di Kazakhstan. Misi dari festival ini adalah memberikan dukungan kepada pembuat film muda untuk menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi pertumbuhan profesional. Tercatat sebanyak total 198 film berasal dari 32 negara masuk dalam festival ini, dan NDBK adalah satu-satunya film dari Indonesia.
Persaingan dalam sesi kompetisi di Almaty sangatlah ketat. Kuatnya film-film yang masuk bisa dilihat dari capaian artistiknya. “Capaian artistiknya kuat. Tentu ini bisa dilihat dari programer festivalnya, Dr. Hans Joachim Shlegel, yang juga adalah programer dari Berlinale dan Venice. Film-filmnya agak berat secara plot dan bisa dibilang agak ‘kiri’,” jelas Shalahuddin.
Masuknya NDBK di festival ini melengkapi pencapaiannya setelah menjadi Official Selection di Singapore South Easth Asian Film Festival 2012, Osian’s Cinefan Film Festival 2012, Balinale International Film Festival 2012, Hanoi International Film Festival, Luang Prabang Film Festival 2012, Vesoul International Film Festival of Asian Cinema 2013 dan ChopShots Documentary Film Festival South East Asia 2012.
Dari Asia Pasicfic Screen Awards (APSA) 2012, film ini juga dinobatkan sebagai nominasi dokumenter panjang terbaik. Selain itu, di Dok-Leipzig 2012 — salah satu festival dokumenter terbaik dan tertua dunia — NDBK masuk dalam kompetisi program bergengsi International Young Cinema. Di tanah air, pernah diputar di 16 kota Indonesia.
Pencapaian-pencapaian ini adalah pembuktian bagi NDBK, bahwa ia dapat diterima di kancah internasional. Pasalnya, ketika awal NDBK rilis untuk publik Indonesia pada 2011, beberapa ‘orang film’ yang berpengaruh di tanah air – yang sayangnya berpikiran sempit — pernah berkomentar bahwa film ini hanya bercerita tentang isu lokal saja sehingga tidak bisa diterima oleh publik di luar negeri.
“Senang juga kalau dijadikan validasi bahwa film ini berhasil dalam konteks bahwa dulu film ini banyak diragukan untuk dapat diterima publik internasional karena terlalu lokal dan sebagainya. Pada akhirnya kemenangan ini semacam pembuktian bahwa film ini bisa dipahami di berbagai bangsa,” ujar Shalahuddin, puas.
Sumber: komunitasfilm.org (7/6/13)
