Quantcast
Channel: Indonesia Proud
Viewing all articles
Browse latest Browse all 1951

Muhammad Nurhuda: Kompor Biomasa Karyanya Tembus Pasar Internasional

$
0
0

kompor biomasa di indonesiaproud wordpress comKompor biomasa hasil karya Dr. Muhammad Nurhuda, dosen Fakultas MIPA Universitas Brawijaya (UB) Malang kini sudah menembus pasar internasional, bahkan sudah diproduksi secara massal di Norwegia.

“Selain dipasarkan dan diproduksi massal di Norwegia, pemasaran dan produksi biomasa yang ditangani pihak ketiga, yakni Primecookstove ini juga dipasarkan di sejumlah negara, seperti India, Meksiko, Peru, Timor Leste, Kamboja dan negara-negara di belahan Benua Afrika,” kata Nurhuda ketika ditemui di area pameran hasil penelitian di kampus UB.

Ia mengemukakan kompor biomasa ini cukup hemat bahan bakar ketimbang kompor tradisional (minyak tanah), bahkan tidak menimbulkan asap seperti dapur yang menggunakan bahan bakar kayu atau minyak tanah. Keunggulan lainnya adalah emisi gas buangnya jauh di bawah ambang batas yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Bahan bakar yang bisa digunakan adalah kayu cacahan yang sudah diproduksi dengan mesin berkapasitas sekitar 20 ton per hari, sehingga pengguna kompor biomasa tersebut tidak perlu khawatir akan kekurangan bahan bakar, apalagi kalau penggunanya bermukim di pedesaan yang masih banyak pepohonan.

Selain kayu cacah yang menjadi bahan bakar utama, bahan bakar lainnya juga bisa menggunakan pelet, sawit atau butiran kayu. Bahkan, bahan bakar butiran kayu atau pelet akan menghasilkan masakan yang lebih beraroma.

Nurhuda mengatakan bahwa untuk menghasilkan kompor biomasa berbahan stainless itu, dirinya melakukan penelitian sejak 2008 dan akhirnya menciptakan kompor biomasa. “Kompor biomasa ini memang belum diproduksi dengan jumlah terlalu besar untuk ukuran ekspor dan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri,” ujarnya.

Ia mengakui produksi di dalam negeri justru lebih sedikit, bahkan hanya “by order” jika dibandingkan dengan yang dipasarkan di sejumlah negara karena berbagai pertimbangan, salah satunya adalah persaingan yang cukup ketat dengan elpiji.

Menurut dia, subsidi elpiji di Indonesia sangat besar, khususnya yang berukuran 3 kilogram. “Kalau pengguna kompor biomasa tinggal di pedesaan yang masih banyak pepohonan dan bisa dijadikan bahan bakar, tentu tidak masalah, namun bagi yang tinggal di perkotaan dan harus membeli kayu cacah atau pelet, memang lebih hemat kompor elpiji,” katanya.

Kompor biomasa yang terdiri dari tiga komponen itu di Indonesia dijual dengan harga Rp195 ribu (harga ritel), namun jika order lebih banyak harganya lebih murah karena harga pabrik.

Sumber: antarajatim.com (22/10/15)



Viewing all articles
Browse latest Browse all 1951

Trending Articles